Selasa, 08 Februari 2011

Perkembangan vsat di Indonesia


Satelit komunikasi telah menunjukkan kemampuannya sejak tiga dasa warsa yang lalu. Masih segar ingatan kita, bahwa misi satelit komunikasi dalam tahun 60-an adalah sebagai alternatif transmisi dari titik ke titik antar kontinen, karena kemampuannya melihat kira-kira sepertiga permukaan bumi dari tempat ketinggian orbit geostasioner tepat di atas katulistiwa. Komunikasi internasional menjadi ajang yang subur bagi sistem ini. Satu dasa warsa sesudah itu, ditunjang oleh kemajuan teknologi antena dan HPA, sistem ini mempunyai cakupan pensil yang lebih kecil, yang memungkinkan stasiun bumi dengan diameter sekitar 10 meter, berkomunikasi satu dengan lainnya. Bangsa kita wajib berbangga karena founding fathers kita dengan sangat bijaksana memutuskan Palapa A sebagai infrastruktur tulang punggung telekomunikasi, di samping sistem terestrial, pada Agustus 1976. Tradisi ini masih berlanjut sampai hari ini, dan terbukti bahwa sistem komsat (komunikasi satelit) domestik kita merupakan salah satu yang armada stasiun bumi ukuran sedangnya terbanyak dengan jumlah transponder 37 buah. Teknologi komsat terus berkembang, di mana pada tahun 80-an tumbuh VSAT, atau Very Small Aperture Terminal, stasiun bumi dengan diameter kurang dari 2,5 meter. Hal ini disebabkan karena kematangan teknologi antena dan semakin besarnya kemampuan daya satelit. Alur perkembangan ini semakin berlanjut: pada tahun-tahun 90-an ini akan segera muncul stasiun bumi sebesar terminal cordless atau sering disebut teknologi handheld atau telepon genggam.

Kini, di akhir tahun 90-an ini perkembangan satelit komunikasi sangat fenomenal, tak terkecuali di daerah Asia Pacific. Bukan hanya negara-negara di kawasan ini seakan berlomba memiliki komsat, juga perusahaan-perusahaan swasta maupun konsorsium yang bersifat internasional merencanakan bisnis lewat komsat.

Konsep NII, atau Prasarana Informasi Nasional, didefinisikan sebagai jaringan komunikasi gabungan dari berbagai media transmisi seperti satelit, serat optik, kabel tembaga, kabel koaksial, radio, untuk membawa berbagai macam informasi. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, harus mempersiapkan juga jaringan NII dalam mempersiapkan era informasi tersebut, dengan cakupan yang menyeluruh dalam batas-batas yuridiksi suatu negara tersebut. Pada tahapan ini, peran satelit menjadi sangat efektif bagi pemecahan masalah prasarana telekomunikasi di negara berkembang. Di samping cakupan yang luas untuk melingkupi seluruh negeri, transponder satelit itu bisa bersifat transparan, untuk melewatkan berbagai protokol yang dilewatkannya. Bahkan perkembangan satelit semakin menuju kepada onboard processing dan/atau switching di satelit, dengan kemampuan total digital; hal tersebut semakin memungkinkan kombinasi jaringan yang mulus terhadap sistem jaringan terestrial yang ada.

Teknologi VSAT tersebut telah membuktikan sebagai suatu sarana jaringan yang cepat penggelarannya bagi keperluan jaringan data, jaringan suara, untuk menghubungkan ribuan titik simpul yang tersebar di seluruh wilayah. Kini teknologi VSAT mengarah kepada terminal jaringan terpadu, dan jaringan multimedia. Dengan demikian, VSAT akan ditantang untuk melewatkan trafik yang bersifat hybrid, yang terdiri atas kombinasi berbagai macam trafik yang sifatnya amat berbeda satu dengan lain. VSAT kini sedang dikembangkan untuk dapat berfungsi sebagai terminal ATM, yang nampaknya akan tepat untuk aplikasi multimedia. Teknologi kunci yang memungkinkan VSAT untuk komunikasi terpadu ialah a.l. teknik kompressi, alokasi dinamis, alokasi kanal, dan pengaktifan suara. Multiplexing secara statistik nampak sebagai teknologi yang optimal diterapkan dalam keperluan akses ganda (multi access), dikaitkan dengan alokasi kanal dinamis. Studi simulasi menunjukkan bahwa Protokol SREJ Aloha tepat digunakan untuk mengatasi pesan-pesan singkat yang cukup sering, dikombinasikan dengan keperluan pengiriman file yang panjag secara periodik. Namun, dalam menjawab keperluan sistem VSAT bagi trafik yang tinggi dinamikanya seperti multimedia, penelitian dan pengembangan masih diperlukan di antaranya untuk mencari protokol yang tepat yang memungkinkan jaringan VSAT dapat memberikan keterhubungan penuh dalam bidang multimedia. Dengan kata lain, dalam tahapan sekarang ini, VSAT telah dapat memberikan solusi jaringan terpadu dengan dinamika/kecepatan informasi relatif rendah, dan ini dapat merupakan suatu titik tolak bagi negara berkembang untuk mengembangkan NII-nya. Penggelaran jaringan NII dengan pita lebar melalui teknologi VSAT masih merupakan subyek riset di masa datang.

Uraian tersebut di atas merupakan ulasan singkat bahwasanya komsat dapat memberikan alternatif prasarana komunikasi yang cepat, meyeluruh, dan mampu melewatkan berbagai kebutuhan penyaluran informasi, jauh lebih cepat dibandingkan penggelaran kabel atau sistem terestrial lainnya. Pertanyaannya bagi perancang sistem komsat, bagaimanakah kiranya arsitektur yang dapat dikembangkan secara sistematis, bagi sistem satelit yang tepat dalam harga terjangkau, yang memungkinkan negara-negara berkembang semakin dapat memanfaatkan sistem komsat dalam memenuhi kebutuhan NII-nya. Untuk hal tersebut, berikut ini kami sampaikan suatu telaah berdasarkan observasi perkembangan teknologi komsat, dan usulan untuk pengembangan selanjutnya.
Pada dasarnya, penggunaan komunikasi ekstraterestrial umumnya didorong oleh belum memadainya jalur komunikasi terestrial untuk keperluan komunikasi data di Indonesia. Bukan saja antar-kota, komunikasi terestrial di dalam kota-pun sangat terasa kekurangannya untuk hubungan antar-komputer.
Selain itu, penggunaan VSAT juga memudahkan perencanaan jaringan komunikasi data karena "availability"-nya dapat di mana-mana dan biayanya nyaris "flat". Artinya, hubungan antara Jln Thamrin dan Jln Kiai Tapa di Jakarta sama saja biayanya dengan hubungan antara Jakarta dan Ujungpandang.
Selain hal-hal di atas, VSAT juga mengungguli komunikasi terestrial dalam hal mutu salurannya. Beberapa lokasi di tanah-air sangat tergantung pada jaringan kabel-tanah yang seringkali terganggu di masa-penghujan karena mungkin mutu instalasinya kurang kedap-air.
Pemasangannyapun relatif sangat cepat karena tidak perlu menunggu instalasi kabel-tanah. Waktu yang diperlukan untuk pemasangan di Irian Jaya praktis tidak banyak berbeda dengan instalasi di Surabaya misalnya. Ukuran antenanya yang kecil, bahkan lebih kecil dari parabola televisi, juga mempermudah instalasinya.
Kami berpendapat bahwa perkembangannya akan sangat pesat. Yang sangat urgen adalah peningkatan mutu operasi dan pelayanan para operator VSAT.
Mungkin karena "kapok" dengan pelayanan "sesukanya" yang diperoleh masyarakat pengguna dari operator telekomunikasi telepon, dunia bisnis Indonesia mendaulat adanya mutu layanan yang benar-benar ramah dari para operator VSAT. Itu yang secara global akan mendorong peningkatan mutu layanan telekomunikasi umumnya, layanan VSAT khususnya.
Yang sudah mapan adalah Citra Sari Makmur (CSM) dan Lintasarta, walaupun dari segi mutu layanan dan kesiapan operasinya CSM kami anggap lebih mapan. Ada lagi beberapa operator baru di lapangan yang masih harus membina kemampuan operasi dan kemapanan mutu layanan.
Praktis semua sektor bisnis yang didera oleh kompetisi, baik nasional maupun internasional, akan cenderung membutuhkan dukungan teknologi informasi yang baik. Demikian juga bisnis bervolume tinggi dan tersebar lokasi operasinya. Belum lagi upaya memperkuat posisi di pasar dengan membina keterhubungan hulu-hilir dengan para pemasok dan pelanggan. Ketersebaran lokasi inilah yang yang mendorong pengembangan jaringan komunikasi data, yang kemudian cenderung menggunakan VSAT yang semakin "cemepak". Sampai akhir dasawarsa ini dapat diperkirakan bahwa bisnis jasa keuangan dan asuransi, bisnis "retail", dan bisnis pariwisata akan mendominasi penggunaan VSAT. Di samping itu, sektor pemerintah dan layanan-layanan publik yang dikuasai pemerintah juga akan makin banyak menggunakan VSAT.
Relatif mahalnya biaya langganan VSAT mendorong pengguna untuk memakainya bagi kebutuhan komunikasi yang lebih paripurna di samping untuk komunikasi data saja. Untuk itu, hubungan antar PABX di lokasi-lokasi operasinya akan memperbaiki rasio "cost/benefit" dengan tetap berada dalam batas-batas legalitas penggunaan VSAT, penggunaan "groupware" antar-lokasi yang a.l. mencakup e-mail dengan memanfaatkan teknologi Web dari Inernet atau teknologi Notes dari Lotus misalnya, dan keterpaduan jaringan informasi sebuah perusahaan akan menjadi metoda dan kaidah pemanfaatannya.
Cukup baik. Masalahnya adalah bagaimana mencapai "economies-of-scale" untuk para operator yang ada. Pemberian izin dari otoritas telekomunikasi bagi operator baru hendaknya memperhatikan hal ini, karena bila tidak, yang terjadi hanyalah "pemerataan-kekerdilan" saja. Di sisi lain, adanya persaingan yang sehat di antara para operator akan menolong peningkatan mutu-layanan, walaupun biaya untuk berpindah dari operator yang satu ke operator yang lain tidak mudah bagi sebuah perusahaan pemakai. Mulai munculnya teknik-teknik komunikasi terestrial yang baru juga sangat menaikkan urgensi bagi para operator yang ada untuk secepatnya mencapai skala ekonomis dan profitabilitas usahanya.
Perancang komsat harus selalu mencari solusi teknologi yang memungkinkan biaya penerapan sistem menjadi terjangkau. Berbagai kecenderungan teknologi yang muncul dalam bidang telekomunikasi, baik terestrial maupun antariksa, dapat dijadikan panduan ke arah itu. Nampaknya NII bagi negara-negara berkembang dapat dipercepat realisasinya dengan komsat, dengan catatan harus dicari solusi sehingga biaya terminal dan biaya sambungan terjangkau.

Terminal harus semakin kecil dalam ukuran dan daya pancar, dan satelit harus semakin besar kapasitasnya. Sebagai gambaran, terminal sekecil handset, apalagi yang dikembangkan dari handset selular, merupakan kandidat yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut. Salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas satelit ialah penggunaan antena pensil ganda pada frekuensi tinggi semacam Ku maupun Ka; hal ini bisa dikombinasikan dengan menggunakan teknologi penggandaan statistik seperti ATM, sehingga efisiensi sumberdaya satelit meningkat. Lagipula, teknologi ATM sesuai untuk lingkungan digital secara menyeluruh, sehingga keberadaan satelit bisa mempercepat keterhubungan terminal dengan jaringan ATM nasional. Untuk solusi transitoire, dapat diimplementasikan teknologi komsat tipe bent-pipe tetapi dengan daya pancar yang lebih tinggi dengan mengeksploitasi frekuensi-frekuensi yang masih sepi penggunaannya.

2 komentar:

  1. kamu lpa mencantumkan kpanjangan dr VSAT dari tutorial de...hehe

    "Very Small Aperture Terminal"

    BalasHapus
  2. Air'n R "The Accoustic Band"

    thx komentarnya

    haha

    BalasHapus